Senin, 06 Februari 2017

CAIRAN DAN ELEKTROLIT


INFUS CAIRAN INTRAVENA (Macam-Macam Cairan Infus)
Jenis-cairan-infus Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah:
  • Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
  • Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
  • Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
  • Serangan panas (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)
  • Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)
  • Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)
  • Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah.
Indikasi pemberian obat melalui jalur intravena antara lain:
Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.
Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya polications dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.
Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).
Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedakobat masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.

Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena (Peripheral Venous Cannulation) :
  • Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).
  • Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah terbatas.
  • Pemberian kantong darah dan produk darah.
  • Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).
  • Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
  • Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah Vena :
  • Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
  • Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
  • Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:
Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah.
Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.

Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus:
Rasa perih/sakit
Reaksi alergi


Jenis Cairan Infus:
Cairan hipotonik:
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
Cairan Isotonik:
Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
Cairan hipertonik:
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
Kristaloid:
Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
Koloid:
Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.

JENIS-JENIS CAIRAN INFUS
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
Nutrisi dini pasca operasi
Tifoid



23 komentar:

  1. Menurut kalian, apa fungsi cairan dan elektrolit bagi tubuh?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  2. Saya Sintia Aprilia (XP4) menurut saya, fungsi cairan dan elektrolit bagi tubuh adalah untuk mempertahankan dan mengembalikan tingkat hidrasi yang diperlukan tubuh, mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil.

    BalasHapus
  3. Saya resa aliffiya putri dari kelas X perawat 4. Menurut saya, fungsi cairan dan elektrolit bagu tubuh adalah untuk mempertahankan & mengembalikan tingkat hidrasi yang di perlukan oleh tubuh dan Setiap kekurangan garam mineral dapat memicu masalah kesehatan seperti, lesu, depresi, kelemahan, koma dan masalah jantung

    BalasHapus
  4. Nama : Dwi Septiana
    Kelas: X-Perawat 2
    jawaban : fungsi cairan untuk mengatur suhu tubuh dan fungsi elektrolit untuk menghasilkan listrik, membantu menggerakkan air dan cairan dalam tubuh, serta dibutuhkan dalam berbagai kegiatan/fungsi lainnya dalam tubuh.

    BalasHapus
  5. Saya Tiara Novita Sari (X.P4) . Menurut saya cairan dan elektrolit adalah untuk meningkatkan kembali hidrasi tubuh dan menjaga tubuh agar tetap seimbang dan juga menjaga suhu tubuh agar tetap seimbang.

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Saya Febrianti Dwi R (XP2) fungsi cairan dan elektrolit menurut saya sangat berpengaruh penting dalam kehidupan manusia seperti dalam proses pencernaan. Konsumsi air yang cukup akan membantu kerja sistem pencernaan pada usus besar, sehingga dengan gerakan usus besar yang lancar maka keluarnya feses pun juga lancar.

    BalasHapus
  8. Saya sukma ayu lestari (X-P4) menurut saya, fungsi cairan dan elektrolit bagi tubuh adalah mengembalikan dan mempertahan kan tingkat hidrasi yang tepat di seluruh tubuh

    BalasHapus
  9. Saya Yian Agustin dari XP.4
    Menurut saya pada tubuh manusia, cairan dan elektrolit memiliki fungsi yaitu untuk menjaga tekanan osmotik tubuh,mengatur pendistribusian cairan,menjaga Ph tubuh,serta ikut berperan dalam proses metabolisme tubuh.

    BalasHapus
  10. Saya Tria Santika dari (X-P4)
    Menurut saya fungsi cairan dan elektrolit bagi tubuh adalah menghasilkan listrik, membantu menggerakkan air dan cairan dalam tubuh, serta di butuhkan dalam berbagai kegiatan/fungsi lainnya dalam tubuh.

    BalasHapus
  11. Saya Tria Santika dari (X-P4)
    Menurut saya fungsi cairan dan elektrolit bagi tubuh adalah menghasilkan listrik, membantu menggerakkan air dan cairan dalam tubuh, serta di butuhkan dalam berbagai kegiatan/fungsi lainnya dalam tubuh.

    BalasHapus
  12. Saya Salsa Meydita Fairuuz Azzahra dari X-Perawat4
    - Menurut saya Elektrolit berfungsi mengembalikan dan mempertahankan tingkat hidrasi yang tepat di seluruh tubuh, sedangkan Cairan berfungsi memberi bentuk pada tubuh, berperan dalam pengaturan suhu tubuh, berperan dalam berbagai fungsi pelumasan

    BalasHapus
  13. Saya Putri Rara K.R.D. dari X perawat 4. Menurut saya Elektrolit berfungsi mengembalikan dan mempertahankan tingkat hidrasi yang tepat di seluruh tubuh.

    BalasHapus
  14. Saya Riski Septiani dari 10-Perawat4
    Menurut saya Cairan tubuh berfungsi sebagai sebagai bantalan, dan sebagai pelarut dan tranfortasi berbagai unsur nutrisi dan elektrolit. Sedangkan Elektrolit berfungsi sebagai menjaga sel-sel tubuh dan berbagai fungsi penting dalam tubuh agar dapat berjalan normal.

    BalasHapus
  15. Nama :Ach. Dani Nur C.W.
    Kelas :X-P1
    Tanggapan:Menurut saya, elektrolit berfungsi untuk membantu penghantaran impuls dalam tubuh, sedangkan cairan berfungsi untuk menjaga kadar air didalam tubuh agar tidak terjadi dehidrasi.

    BalasHapus
  16. Saya Rizalul Mutaqin dari X-Perawat4
    Menurut saya fungsi Elektrolit adalah untuk menghasilkan listrik, membantu menggerakkan air dan cairan dalam tubuh, sedangkan fungsi cairan adalah untuk media terjadinya berbagai reaksi kimia dalam tubuh dan untuk performa kerja fisik

    BalasHapus
  17. Assalamualaikum wr wb.
    Saya putri safirotul ihsaniyah kelas 10perawat4
    Menurut pendapat saya
    fungsi cairan dan elektrolit bagi tubuh adalah untuk mempertahankan & mengembalikan tingkat hidrasi yang di perlukan oleh tubuh, Setiap kekurangan garam mineral dapat memicu masalah masalah kesehatan seperti, lesu pada tubuh,mengalami depresi, dan masalah gangguan pada jantung

    BalasHapus
  18. Assalamualaikum wr wb.
    Saya putri safirotul ihsaniyah kelas 10perawat4
    Menurut pendapat saya
    fungsi cairan dan elektrolit bagi tubuh adalah untuk mempertahankan & mengembalikan tingkat hidrasi yang di perlukan oleh tubuh, Setiap kekurangan garam mineral dapat memicu masalah masalah kesehatan seperti, lesu pada tubuh,mengalami depresi, dan masalah gangguan pada jantung

    BalasHapus
  19. Saya silvi indah ariyanah kelas 10perawat4
    Menurut pendapat saya
    fungsi cairan dan elektrolit bagi tubuh adalah untuk mempertahankan & mengembalikan tingkat hidrasi yang di perlukan oleh tubuh.

    BalasHapus
  20. Saya putri ragellita kelas (xp4)Menurut saya, fungsi cairan dan elektrolit bagu tubuh adalah untuk mempertahankan & mengembalikan tingkat hidrasi yang di perlukan oleh tubuh dan Setiap kekurangan garam mineral dapat memicu masalah kesehatan seperti, lesu, depresi, kelemahan, koma dan masalah jantung

    BalasHapus
  21. Saya yustin anggraeni kelasXP4 Menurut saya pada tubuh manusia, cairan dan elektrolit memiliki fungsi yaitu untuk menjaga tekanan osmotik tubuh,mengatur pendistribusian cairan,menjaga Ph tubuh,serta ikut berperan dalam proses metabolisme tubuh.

    BalasHapus
  22. Saya tiara rani intan pratama (XP4)
    menurut saya, fungsi cairan dan elektrolit bagi tubuh adalah untuk mempertahankan dan mengembalikan tingkat hidrasi yang diperlukan tubuh, mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil.

    BalasHapus